Sejarah Arung Jeram Atau Rafting
Arung Jeram atau rafting adalah suatu olah raga yang sangat menantang
dan mempunyai reisiko yang tergolong bahaya, itu menurut orang yang
masih belum tau atau awan mengenai arung jeram atau rafting. Bagi
seorang Rafter Profesiona atau pecinta arung jeram atau rafting, mengatakan bahwa bahanya malahan perjalanan menuju sungai.
John Macgregor seorang
pramuka pada abad yang ke 19 mengembangkan kendaraan air ini untuk
rekreasi dan olah raga yang diberi nama arung jeram atau dalam bahasa
inggris rafting. Seiring perkembangan jaman yang terus berkembang, orang
tertarik pada keindahan dan lingkungan pada sungai dan terus menerus
mengembangkan kegiatan arung jeram atau rafting ini. Bahan atau
Material perahu yang digunakan untuk arung jeram atau rafting ini juga
berkembang hingga ke plastik, aluminium, fiberglass dan karet.
Selanjutnya orang mulai berfikir bagaimana caranya agar dapat
mengarungi sungai dengan kendaraan yang dapat menampung penumpang lebih
banyak dan perbekalan. Setelah perang dunia II usai, perahu angkatan
laut milik Amerika mulai digunakan untuk mengarungi sungai. Namun perahu
ini didesain untuk menerjang ombak laut, bukanlah untuk di jeram. Arung
jeram atau rafting dilakukan dengan menggunakan perahu bulat banyak
orang menyebutnya dengan nama "Basket Boat" karena bentuknya mirip
keranjang. Perahu ini selalu penuh dengan air bahkan hanya dengan
melewati jeram kecil. Sampai saat ini perahu jenis ini masih digunakan
pada sungai yang mudah.
Selanjutnya pada tahun 1950an, arung jeram atau rafting mulai banyak
digemari oleh masyarakat, peningkatan kualitas perahu arung jeram atau
rafting pun mulai ditingkatkan. Maka mulailah diproduksi perahu khusus
untuk arung jeram atau rafting dengan berbentuk khusus yang agak naik
pada bagian depan dan pada bagian body belakangnya dengan bahan material
yang lebih kuat dan dapat mengangkut banyak orang dan perbekalanya.
Pada tahun 1983, para pecinta atau pengarung jeram atau rafting tidak
mempunyai pilihan lain selain menimba air untuk mengeluarkan air di
dalam perahu arung jeram atau rafting setelah melintasi jeram. Para
pengarung jeram atau rafting sering sekali mengalami mimpi buruk bila
harus kehilangan timba atau ember untuk menimba atau menguras perahu
arung jeram atau rafting
Setelah beberapa kali mengalami percobaan, pada tahun 1983an perahu
arung jeram atau rafting dapat mengeluarkan air sendiri dan di sebut Self Bailer, perahu atau kapal arung jeram atau rafting ini berhasil di produksi oleh Jim Cassady.
Kunci kesuksesan perahu atau kapal arung jeram ini adalah lantainya
yang diberi dengan angin. Lantai dasar yang berisi udara ini akan selalu
mengapung apabila berada di atas permukaan air ataupun di jeram
sehingga dengan sendirinya air dapat keluar melalui lubang-lubang di
sekeliling lantai perahu arung jeram atau rafting
Perkembangan arung jeram atau rafting di Indonesia pada saat itu
adalah ketika di adakanya Lomba Arung Jeram Sungai Citarum I . Klub-klub
pecinta alam seperti Wanadri dan MApala UI yang kemudian melakukan
serangkaian kegiatan ekspedisi. Selain menggunakan perahu karet kegiatan
ini juga sudah dikembangkan dengan menggunakan kayak dan canoe.
Melihat perkembangan arung jeram atau rafting di Indonesia yang
sangat pesat pada era 90-an, beberapa penggiat arung jeram atau rafting
mulai membutuhkan suatu wadah komunikasi bagi para penggiat arung jeram
atau rafting di Indonesia. Pada tanggal 29 Maret 1996, berdiri Federasi
Arung Jeram Indonesia, yang dibidani oleh 30 klub arung jeram baik
komersil maupun amatir. Ini adalah satu titik tolak menuju perkembangan
orde baru dalam dunia arung jeram Indonesia.